Senin, 10 Oktober 2011

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER

PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK UNTUK PEMBACAAN LEMBAR JAWAB KOMPUTER MEMANFAATKAN SCANNER BIASA
Wayan Firdaus Mahmudy
ABSTRACT
A software for need a computerized answer paper (LJK) used an ordinary scanner was made in this research replaced the used of special scanner or already known as a (OMR) Optical Mark Recognition which is very ex­pen­sive. The use of OMR are followed the use of specific paper which are expensive and the used of 2B pencil. With this software we don’t need OMR, we don’t need specific paper, we don’t need 2B pencil.
This software make possible the school and others course do some test use computerized answer paper and the result can use ordinary scanner which is the price is lower
This software also have mark arrangement and result data strange in Microsoft word document forms 
Keywords: software, ptical Mark Recognition, Scanner

PENDAHULUAN
Perkembangan sistem informasi dan perkembangan komputer saat ini mengakibatkan ke­bu­tuh­an akan kemudahan dan kecepatan dalam pengolahan data untuk mendapatkan informasi sa­ngat mutlak. Begitu pula kebutuhan pengolahan data pada instansi pendidikan semacam se­ko­lah, hal ini sebanding dengan meningkatnya jumlah pelajar yang mengikuti kegiatan belajar meng­ajar. Kegiatan pemrosesan data yang paling utama pada instansi pendidikan adalah peng­o­lahan nilai siswa mulai dari pengumpulan lembar-lembar jawaban siswa hingga laporan nilai siswa tiap-tiap kelas. Dengan begitu peranan kom­pu­ter dalam hal ini adalah
memudahkan dan mem­percepat pemrosesan tersebut.
Prinsipiaproduct, salah satu perusahaan pengembang perangkat lunak, membuat sebuah apli­ka­si komputer yang mampu mengolah Lembar Jawaban Komputer yang disebut Optical Mark Recognition (OMR) dan mampu menghasilkan sebuah laporan nilai. Namun program aplikasi tersebut relatif mahal dan tidak memungkinkan sekolah kecil untuk membeli atau mengadakan perangkat tersebut. Prinsipia­product menawarkan harga untuk perangkat lunak dan perangkat ke­rasnya sebesar US $ 4.375 atau se­besar Rp. 39.375.000, harga tersebut sangat mem­be­rat­kan instansi untuk membeli. Prinsipiaproduct juga memberi syarat bahwa ba­han kertas untuk Lembar Jawab Komputer harus mempunyai ketebalan dan bahan yang khusus, untuk meng­hi­tam­kan setiap jawaban harus memakai pensil hitam 2B.
Pada penelitian ini dibangun perangkat lunak untuk membaca lembar jawab komputer meng­gu­nakan scanner biasa yang harganya sekitar Rp 500.000. Perangkat lunak ini bekerja dengan memproses file bitmap yang dihasilkan scanner. Keluaran yang dihasilkan berupa cetakan daf­tar nilai atau dalam format Microsoft Word dan Excel.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Perangkat Lunak
Perangkat Lunak (software) adalah instruksi (program komputer) yang ketika dijalankan me­nye­di­a­kan fungsi dan tampilan yang diinginkan, struktur data yang memberi kesempatan pro­gram untuk memanipulasi informasi dan dokumen yang mendeskripsikan operasi dan peng­gu­na­an program (Kristanto, 2004).
Perangkat Lunak tidak sama dengan program (komputer), karena perangkat lunak terdiri dari program, dokumen dan data. Perangkat lunak merepresentasikan masalah di dunia nyata. (Kris­tanto, 2004)
Representasi Citra Digital
Secara matematis, suatu citra dapat dipandang sebagai fungsi dua dimensi bernilai real. Ni­lai-nilai fungsi tersebut, f(x,y) pada koordinat spasial (x,y) di bidang x-y mendefinisikan suatu ukuran intensitas cahaya atau kecemerlangan pada titik tersebut (Fairhust, 1988).
Suatu citra digital merupakan kumpulan titik-titik (piksel) pada suatu persegi panjang. Titik-titik tersebut menyatakan/bernilai intensitas warna di titik tersebut. Rentang tingkatan intensitas yang ter­sedia pada sebuah citra disebut derajat keabuan (grayscale). Pada penelitian ini di­gu­na­kan citra berukuran 8 bit sehingga dihasilkan nilai derajat keabuan di {0,1,2,…,28-1} atau {0,1,2,…,255}. Piksel yang berwarna dominan hitam dikaitkan dengan bilangan 0, pixel yang berwarna dominan putih dikaitkan dengan bilangan 255, sedangkan piksel yang berwarna abu-abu dikaitkan dengan bilangan 1 sampai 254 tergantung derajat keabuannya.
Bitmap adalah format citra yang tidak terkompresi, bitmap mempunyai beberapa macam re­so­lusi yang diukur dengan menggunakan satuan bits per pixel, yaitu monochrome bitmap (1 bit per pixel), 16 color bitmap (4 bit per pixel), 256 color bitmap (8 bit per pixel), 16 bit (high color) bitmap (16 bit per pixel), 24 bit (true color) bitmap (24 bit per pixel), 32 bit (true color) bitmap (32 bit per pixel). (Herlambang, 2004)
Graphics Device Interface
Pemrograman grafik pada sistem operasi Windows selalu menggunakan antarmuka yang di­se­but GDI (Graphics Device Interface). GDI dapat dikatakan sebagai kumpulan fungsi yang digunakan untuk mengakses atau menggambar ke piranti keluaran tertentu, seperti printer atau layar monitor. GDI mem­pu­nyai kelebihan, yaitu tidak tergantung piranti (device-independent). Contohnya fungsi untuk meng­gambar lingkaran pada kartu tampilan (VGA Card) merk A sama saja dengan fungsi untuk menggambar lingkaran pada kartu tampilan merk B. Windows, me­la­lui driver kartu tampilannya, akan mener­je­mah­kan fungsi penggambar lingkaran tersebut ke perintah-perintah yang memahami kartu tampilan (Pra­na­ta, 2000).
Kelas TCanvas
Pemrograman grafik pada Windows harus melibatkan fungsi-fungsi GDI. Pada lingkungan Delphi akses ke fungsi-fungsi GDI secara langsung tidak diperlukan. VCL telah menyediakan satu kelas se­ba­gai pembungkus fungsi-fungsi GDI, yaitu TCanvas. Objek dari kelas Tcan­vas tidak perlu lagi di­cip­takan karena kelas atau komponen yang dapat ‘digambari’ se­la­lu mempunyai properti Canvas. Con­toh komponen yang memiliki properti Canvas yaitu : TForm, TListBox, TComboBox, TImage dan sebagainya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini dijelaskan bagaimana prosedur kerja dari perangkat lunak Optical Wizard Letters (OWL). OWL akan bekerja setelah pengelompokan gambar dari hasil pemindaian scan­ner terhadap Lembar Jawab Komputer (LJK) dilakukan. Pengelompokan gambar tersebut dica­tat dalam sebuah file bertipe ‘owl’, pencatatan memberikan informasi jumlah file gambar dan ala­mat penyimpanan gambar tersebut.  Untuk membuat file pengelompokan ini bisa diguna­kan software pengolah file teks seperti No­tepad.
Gambar berikut ini merupakan tampilan saat pertama kali perangkat lunak dijalankan. Menu utama ini terdiri dari tiga Main Menu dan tiga Tabbulation. Untuk Main Menu terdiri dari File, View, Option dan About, sedangkan untuk Tabbulation terdiri dari Scanning, Correcting dan Print Out.
Pada proses pertama adalah memanggil file bertipe ‘owl’ untuk mendapatkan informasi di mana dan berapa gambar yang akan dilakukan analisis. Penganalisisan gambar dilakukan de­ngan me­le­tak­kan satu per satu gambar LJK pada bingkai TImage, kemudian dilakukan pe­le­takan titik-titik acuan un­tuk membentuk bingkai pengecekan warna berbentuk persegi. Bingkai pengecekan sebesar 14x14 piksel, jumlah bingkai disesuaikan dengan banyaknya kolom dan baris untuk masing-masing wilayah yang akan dianalisis. Wilayah pada LJK yang akan dia­na­li­sis terdiri dari identitas nama, identitas nim dan empat wilayah jawaban. Pada wilayah identitas nama memiliki 20 kolom dan 26 baris, wilayah identitas nim memiliki 10 kolom dan 10 baris, wi­layah jawaban masing-masing memiliki 4 kolom dan 15 baris. Pengecekan warna pada ma­sing-masing bingkai akan dihitung jumlah luas warna gelapnya, apabila melebihi 25% dari luas 14x14 piksel maka akan diambil sebagai bingkai dengan baris ke-x mempunyai nilai. Nilai diambil dari sederetan karakter ‘a..z’ untuk identitas nama dan jawaban sedangkan identitas nim memakai sederetan karakter ‘0..9’, indeks pengambilan disesuaikan dengan indeks baris bingkai atau baris ke-x.
Setelah dilakukan analisis per bingkai dan telah diketahui nilainya, maka langkah selan­jut­nya adalah penggabungan nilai yang berupa karakter menjadi serangkaian string untuk masing-masing wilayah. Pada identitas nama rangkaian string tersebut membentuk nama mahasiswa, identitas nim membentuk nim mahasiswa dan untuk jawaban membentuk rangkaian string jawaban mulai nomor pertama hingga nomor terakhir, jumlah maksimal nomor jawaban adalah 60. Penggabungan string masing-masing wilayah catat dalam file ‘result.hsl’ dan file ini juga mencatat hasil semua gambar dalam satu grup.
File ‘result.hsl’ merupakan kumpulan string per gambar LJK, yang mempunyai fungsi se­ba­gai tem­pat pencatatan hasil penganalisisan. Pada file ini masing-masing string diambil dan di­la­ku­kan pemo­tongan string per wilayah dan pemotongan per karakter khusus pada jawaban. Hasil pemotongan akan diletakkan pada stringgrid, kemudian dilakukan pengecekan kesesuaian karakter dengan string pada kunci. Pengecekan disesuaikan dengan nilai bilangan bulat masing-masing karakter dan kekosongan (blank) nilai. Penjumlahan kesesuaian dengan nilai kunci dihitung sebagai banyaknya nilai yang benar, ketidaksesuaian dihitung sebagai nilai yang salah dan nilai kosong sebagai blank. Nilai atau score adalah perhitungan dari nilai benar, nilai salah dan blank yang masing-masing dikalikan dengan nilai konstanta yang ditentukan. Hasil dari perhitungan di daftar dan dilaporkan untuk dicetak.

Gambar 1. Menu Utama
Gambar 2. Hasil Pembacaan “Scanning” LJK

KESIMPULAN

Perangkat lunak OWL bekerja dengan baik melalui tiga proses utama sebelum menghasilkan laporan yang siap dicetak, proses utama yang pertama adalah ScanAnalisis, proses utama kedua adalah WriteFile dan yang terakhir adalah ReadFile.

Gambar 3 Hasil Pengoreksian LJK

 


SARAN

Perangkat lunak Optical Wizard Letters ini perlu dikembangkan untuk secara otomatis tetap bisa bekerja jika operator meletakkan kertas lembar jawaban tidak dalam posisi tegak.
DAFTAR PUSTAKA
Fairhurst, Michael C. Visi Komputer untuk Sistem Robotik, 1995. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Herlambang, Soendoro. Struktur Data untuk Grafika Komputer, 2004. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kristanto, Andri. Rekayasa Perangkat Lunak (Konsep Dasar), 2004. Yogyakarta: Gava Media.
Lim, Jae S. Two-Dimensional Signal and Image Prosessing, 1990. New Jersey: Prentice-Hall International, Inc Englewood Cliffs.
Microsoft Corporation. Microsoft Encarta Reference Library 2003, 2003. Redmond: Microsoft Corp.
Pranata, Antony. Pemrograman Borland Delphi, 2000. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Sommerville, Ian. Software Engineering 6th edition (Rekayasa Perangkat Lunak) jilid 1, 2001, Terjemahan oleh Yuhilza Hanum. 2003. Jakarta: Erlangga

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER

PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK UNTUK PEMBACAAN LEMBAR JAWAB KOMPUTER MEMANFAATKAN SCANNER BIASA
Wayan Firdaus Mahmudy
ABSTRACT
A software for need a computerized answer paper (LJK) used an ordinary scanner was made in this research replaced the used of special scanner or already known as a (OMR) Optical Mark Recognition which is very ex­pen­sive. The use of OMR are followed the use of specific paper which are expensive and the used of 2B pencil. With this software we don’t need OMR, we don’t need specific paper, we don’t need 2B pencil.
This software make possible the school and others course do some test use computerized answer paper and the result can use ordinary scanner which is the price is lower
This software also have mark arrangement and result data strange in Microsoft word document forms 
Keywords: software, ptical Mark Recognition, Scanner

PENDAHULUAN
Perkembangan sistem informasi dan perkembangan komputer saat ini mengakibatkan ke­bu­tuh­an akan kemudahan dan kecepatan dalam pengolahan data untuk mendapatkan informasi sa­ngat mutlak. Begitu pula kebutuhan pengolahan data pada instansi pendidikan semacam se­ko­lah, hal ini sebanding dengan meningkatnya jumlah pelajar yang mengikuti kegiatan belajar meng­ajar. Kegiatan pemrosesan data yang paling utama pada instansi pendidikan adalah peng­o­lahan nilai siswa mulai dari pengumpulan lembar-lembar jawaban siswa hingga laporan nilai siswa tiap-tiap kelas. Dengan begitu peranan kom­pu­ter dalam hal ini adalah
memudahkan dan mem­percepat pemrosesan tersebut.
Prinsipiaproduct, salah satu perusahaan pengembang perangkat lunak, membuat sebuah apli­ka­si komputer yang mampu mengolah Lembar Jawaban Komputer yang disebut Optical Mark Recognition (OMR) dan mampu menghasilkan sebuah laporan nilai. Namun program aplikasi tersebut relatif mahal dan tidak memungkinkan sekolah kecil untuk membeli atau mengadakan perangkat tersebut. Prinsipia­product menawarkan harga untuk perangkat lunak dan perangkat ke­rasnya sebesar US $ 4.375 atau se­besar Rp. 39.375.000, harga tersebut sangat mem­be­rat­kan instansi untuk membeli. Prinsipiaproduct juga memberi syarat bahwa ba­han kertas untuk Lembar Jawab Komputer harus mempunyai ketebalan dan bahan yang khusus, untuk meng­hi­tam­kan setiap jawaban harus memakai pensil hitam 2B.
Pada penelitian ini dibangun perangkat lunak untuk membaca lembar jawab komputer meng­gu­nakan scanner biasa yang harganya sekitar Rp 500.000. Perangkat lunak ini bekerja dengan memproses file bitmap yang dihasilkan scanner. Keluaran yang dihasilkan berupa cetakan daf­tar nilai atau dalam format Microsoft Word dan Excel.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Perangkat Lunak
Perangkat Lunak (software) adalah instruksi (program komputer) yang ketika dijalankan me­nye­di­a­kan fungsi dan tampilan yang diinginkan, struktur data yang memberi kesempatan pro­gram untuk memanipulasi informasi dan dokumen yang mendeskripsikan operasi dan peng­gu­na­an program (Kristanto, 2004).
Perangkat Lunak tidak sama dengan program (komputer), karena perangkat lunak terdiri dari program, dokumen dan data. Perangkat lunak merepresentasikan masalah di dunia nyata. (Kris­tanto, 2004)
Representasi Citra Digital
Secara matematis, suatu citra dapat dipandang sebagai fungsi dua dimensi bernilai real. Ni­lai-nilai fungsi tersebut, f(x,y) pada koordinat spasial (x,y) di bidang x-y mendefinisikan suatu ukuran intensitas cahaya atau kecemerlangan pada titik tersebut (Fairhust, 1988).
Suatu citra digital merupakan kumpulan titik-titik (piksel) pada suatu persegi panjang. Titik-titik tersebut menyatakan/bernilai intensitas warna di titik tersebut. Rentang tingkatan intensitas yang ter­sedia pada sebuah citra disebut derajat keabuan (grayscale). Pada penelitian ini di­gu­na­kan citra berukuran 8 bit sehingga dihasilkan nilai derajat keabuan di {0,1,2,…,28-1} atau {0,1,2,…,255}. Piksel yang berwarna dominan hitam dikaitkan dengan bilangan 0, pixel yang berwarna dominan putih dikaitkan dengan bilangan 255, sedangkan piksel yang berwarna abu-abu dikaitkan dengan bilangan 1 sampai 254 tergantung derajat keabuannya.
Bitmap adalah format citra yang tidak terkompresi, bitmap mempunyai beberapa macam re­so­lusi yang diukur dengan menggunakan satuan bits per pixel, yaitu monochrome bitmap (1 bit per pixel), 16 color bitmap (4 bit per pixel), 256 color bitmap (8 bit per pixel), 16 bit (high color) bitmap (16 bit per pixel), 24 bit (true color) bitmap (24 bit per pixel), 32 bit (true color) bitmap (32 bit per pixel). (Herlambang, 2004)
Graphics Device Interface
Pemrograman grafik pada sistem operasi Windows selalu menggunakan antarmuka yang di­se­but GDI (Graphics Device Interface). GDI dapat dikatakan sebagai kumpulan fungsi yang digunakan untuk mengakses atau menggambar ke piranti keluaran tertentu, seperti printer atau layar monitor. GDI mem­pu­nyai kelebihan, yaitu tidak tergantung piranti (device-independent). Contohnya fungsi untuk meng­gambar lingkaran pada kartu tampilan (VGA Card) merk A sama saja dengan fungsi untuk menggambar lingkaran pada kartu tampilan merk B. Windows, me­la­lui driver kartu tampilannya, akan mener­je­mah­kan fungsi penggambar lingkaran tersebut ke perintah-perintah yang memahami kartu tampilan (Pra­na­ta, 2000).
Kelas TCanvas
Pemrograman grafik pada Windows harus melibatkan fungsi-fungsi GDI. Pada lingkungan Delphi akses ke fungsi-fungsi GDI secara langsung tidak diperlukan. VCL telah menyediakan satu kelas se­ba­gai pembungkus fungsi-fungsi GDI, yaitu TCanvas. Objek dari kelas Tcan­vas tidak perlu lagi di­cip­takan karena kelas atau komponen yang dapat ‘digambari’ se­la­lu mempunyai properti Canvas. Con­toh komponen yang memiliki properti Canvas yaitu : TForm, TListBox, TComboBox, TImage dan sebagainya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini dijelaskan bagaimana prosedur kerja dari perangkat lunak Optical Wizard Letters (OWL). OWL akan bekerja setelah pengelompokan gambar dari hasil pemindaian scan­ner terhadap Lembar Jawab Komputer (LJK) dilakukan. Pengelompokan gambar tersebut dica­tat dalam sebuah file bertipe ‘owl’, pencatatan memberikan informasi jumlah file gambar dan ala­mat penyimpanan gambar tersebut.  Untuk membuat file pengelompokan ini bisa diguna­kan software pengolah file teks seperti No­tepad.
Gambar berikut ini merupakan tampilan saat pertama kali perangkat lunak dijalankan. Menu utama ini terdiri dari tiga Main Menu dan tiga Tabbulation. Untuk Main Menu terdiri dari File, View, Option dan About, sedangkan untuk Tabbulation terdiri dari Scanning, Correcting dan Print Out.
Pada proses pertama adalah memanggil file bertipe ‘owl’ untuk mendapatkan informasi di mana dan berapa gambar yang akan dilakukan analisis. Penganalisisan gambar dilakukan de­ngan me­le­tak­kan satu per satu gambar LJK pada bingkai TImage, kemudian dilakukan pe­le­takan titik-titik acuan un­tuk membentuk bingkai pengecekan warna berbentuk persegi. Bingkai pengecekan sebesar 14x14 piksel, jumlah bingkai disesuaikan dengan banyaknya kolom dan baris untuk masing-masing wilayah yang akan dianalisis. Wilayah pada LJK yang akan dia­na­li­sis terdiri dari identitas nama, identitas nim dan empat wilayah jawaban. Pada wilayah identitas nama memiliki 20 kolom dan 26 baris, wilayah identitas nim memiliki 10 kolom dan 10 baris, wi­layah jawaban masing-masing memiliki 4 kolom dan 15 baris. Pengecekan warna pada ma­sing-masing bingkai akan dihitung jumlah luas warna gelapnya, apabila melebihi 25% dari luas 14x14 piksel maka akan diambil sebagai bingkai dengan baris ke-x mempunyai nilai. Nilai diambil dari sederetan karakter ‘a..z’ untuk identitas nama dan jawaban sedangkan identitas nim memakai sederetan karakter ‘0..9’, indeks pengambilan disesuaikan dengan indeks baris bingkai atau baris ke-x.
Setelah dilakukan analisis per bingkai dan telah diketahui nilainya, maka langkah selan­jut­nya adalah penggabungan nilai yang berupa karakter menjadi serangkaian string untuk masing-masing wilayah. Pada identitas nama rangkaian string tersebut membentuk nama mahasiswa, identitas nim membentuk nim mahasiswa dan untuk jawaban membentuk rangkaian string jawaban mulai nomor pertama hingga nomor terakhir, jumlah maksimal nomor jawaban adalah 60. Penggabungan string masing-masing wilayah catat dalam file ‘result.hsl’ dan file ini juga mencatat hasil semua gambar dalam satu grup.
File ‘result.hsl’ merupakan kumpulan string per gambar LJK, yang mempunyai fungsi se­ba­gai tem­pat pencatatan hasil penganalisisan. Pada file ini masing-masing string diambil dan di­la­ku­kan pemo­tongan string per wilayah dan pemotongan per karakter khusus pada jawaban. Hasil pemotongan akan diletakkan pada stringgrid, kemudian dilakukan pengecekan kesesuaian karakter dengan string pada kunci. Pengecekan disesuaikan dengan nilai bilangan bulat masing-masing karakter dan kekosongan (blank) nilai. Penjumlahan kesesuaian dengan nilai kunci dihitung sebagai banyaknya nilai yang benar, ketidaksesuaian dihitung sebagai nilai yang salah dan nilai kosong sebagai blank. Nilai atau score adalah perhitungan dari nilai benar, nilai salah dan blank yang masing-masing dikalikan dengan nilai konstanta yang ditentukan. Hasil dari perhitungan di daftar dan dilaporkan untuk dicetak.

Gambar 1. Menu Utama
Gambar 2. Hasil Pembacaan “Scanning” LJK

KESIMPULAN

Perangkat lunak OWL bekerja dengan baik melalui tiga proses utama sebelum menghasilkan laporan yang siap dicetak, proses utama yang pertama adalah ScanAnalisis, proses utama kedua adalah WriteFile dan yang terakhir adalah ReadFile.

Gambar 3 Hasil Pengoreksian LJK

 


SARAN

Perangkat lunak Optical Wizard Letters ini perlu dikembangkan untuk secara otomatis tetap bisa bekerja jika operator meletakkan kertas lembar jawaban tidak dalam posisi tegak.
DAFTAR PUSTAKA
Fairhurst, Michael C. Visi Komputer untuk Sistem Robotik, 1995. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Herlambang, Soendoro. Struktur Data untuk Grafika Komputer, 2004. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kristanto, Andri. Rekayasa Perangkat Lunak (Konsep Dasar), 2004. Yogyakarta: Gava Media.
Lim, Jae S. Two-Dimensional Signal and Image Prosessing, 1990. New Jersey: Prentice-Hall International, Inc Englewood Cliffs.
Microsoft Corporation. Microsoft Encarta Reference Library 2003, 2003. Redmond: Microsoft Corp.
Pranata, Antony. Pemrograman Borland Delphi, 2000. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Sommerville, Ian. Software Engineering 6th edition (Rekayasa Perangkat Lunak) jilid 1, 2001, Terjemahan oleh Yuhilza Hanum. 2003. Jakarta: Erlangga

Sabtu, 08 Oktober 2011

' Tak Harus Memiliki'

CINTA, TAK HARUS MEMILIKI……
Oleh Santi Marselina Napitupulu*

                Wajah Angga memerah. Hatinya remuk. Dadanya sesak. Tubuhnya lunglai. Dia merasa jatuh dan tak sadarkan diri ketika  melihat wanita yang dikasihinya telah menjadi milik orang lain. Tak punya daya, tak ada usaha lagi. Tak ada lagi semangat hidup lelaki berumur 29 tahun itu. Dengan seketika wajah Angga seolah telah menua seumuran 59 tahun.
“ Tuhan tidak adil kepadaku!. Mengapa ini harus terjadi kepadaku? Mengapa hal ini tidak terjadi kepada orang lain saja?” Egonya dalam hati.
            Dengan hati tidak ikhlas ia menemui Echa wanita yang menjadi bidadari hatinya selama kurang lebih sepuluh tahun. Angga bersalaman dengan Echa dengan raut wajah yang sengaja dibuat sumringah menutupi keadaan hati yang sebenarnya.
            “Selamat yah…? Kamu terlihat cantik sekali. Tak pernah aku melihat kamu secantik  hari ini, di hari pernikahanmu. Semoga cintamu dan Herry abadi selamanya.” Unggkap Angga dengan lembut.
            “ Terima kasih  banyak yah… ? Pernikahan ini pasti tidak dapat terlaksana tanpa bantuan dari sahabat sejatiku yaitu kamu.” Ucap Echa dengan tersenyum lebar.
            “ Sahabat? hanya sekedar sahabat? setelah sepuluh tahun bersama aku hanya dianggap sahabat saja olehnya?”Tanya Angga kesal dalam hati.
            Setelah bersalaman dengan Echa, Angga yang kecewa dengan ucapan Echa tadi segera menghidupkan motor kesayangannya dan melaju dengan kecepatan secepat kilat menyambar udara. Tak peduli lagi  bahwa apa yang  dilakukannya akan menimbullkan resiko yang sangat luar biasa yaitu kematian. Apa mau dikata…? Nasi telah menjadi  bubur. Dengan menambah kecepatan motornya ia bagaikan burung putus asa yang terbang diudara tanpa arah. Lenyap, senyap.
            Sampailah Angga kerumahnya tanpa terjadi sesuatu yang buruk yaitu kecelakaan. Tanpa mengetuk pintu ia berlari kekamarnya dengan meneteskan air mata. Orang tua Angga berusaha untuk membuka pintu, tetapi pintu terkunci dengan rapat serapat hati Angga untuk orang lain sekarang. Hatinya benar-benar  hancur berkeping-keping. Benar-benar tak tahan lagi dengan semuanya ini. Tubuh Angga segera meresponi perasaan hatinya yang kacau  dengan bertambahnya naiknya suhu badan Angga yang membuat sekujur tubuhnya lemas dan dan detak jantung yang berdegub kencang. Bunuh diri sempat terfikir dibenak Angga malam itu. Tetapi itu hanyalah emosi semata yang dapat diatasinya dengan semakin mendekatkandiri kepada yang Kuasa. Sejenak Angga melenyapkan semua masalah yang membuat hatinya galau dengan merebahkan diri di kasur yang  empuk. Tak sadar lagi Angga kerena ia telah memasuki alam bawah sadarnya.
            Pagi menjelang. Angga membuka mata sembabnya kerena menangis habis-habisan tadi malam. Ia segera menuju kamar mandi untuk sejenak membasuh tubuhnya dengan segayung air yang menyegarkan. Hatinya sedikit mulai membaik setelah kejadian tadi malam. Ia bersiap-siap untuk berangkat kekantor . Tak lupa ia sarapan pagi terlebih dahulu dimeja makan yang merupakan tempat pertemuaan pertama sekali setelah malam berlalu. Ayah, ibu dan adiknya terlebih dahulu datang kemeja makan tersebut. Seluruh anggota keluarga tersebut hanya dapat terdiam memendangi wajah Angga yang muram dan ditumbuhi jerawat disekitar pelipis kirinya. Ia tak seperti biasanya yang selalu mencium tangan kedua orang tuanya sebelum berangkat kekantor. Ayah dan ibunya juga mengerti apa yang telah dialami oleh anak kebanggan mereka dan mereka hanya terdiam saja hingga anak lelaki mereka mau berbicara kepada mereka seperti kemarin-kemarin.
            Angga berangkat kekantor mengendarai mobil  sedan biru hadiah orang tuanya ketika umurnya 17 tahun. Tetapi Angga tidak berangkat  kekantornya melainkan membelokkan setir mobilnya mengarah menuju sebuah pinggiran taman yang merupakan awal kisah sedih ini dimulai. Seketika muncul bayangan kenangan yang memenuhi kepalanya dan menambah kecepatan jantungnya. Mulai terlihat  semua kenangan masa lalu mereka berdua mulai dari awal mereka bertemu.
                                                                        *

“Heeii serahin semua uang yang loe punya!!! Cepetan!!!!! ” .Ancam seorang bocah laki-laki gendut.
  “ Maaf  yah aku nggak punya uang sekarang!!! ” Jawab anak perempuan cantik  itu menolak.
 “Haaahh… jangan bohong deh loe!!!1 cepet serahin uang loe!!! ” Ancaman kedua bocah laki-laki itu terlontar.
 “ beneran  gue nggak punya uang sekarang!!! ” Jawab anak perempuan itu sambil mengangkat kedua jarinya keudara.
 “ hahh banyak omong loe….!!! Gue tabok loe…!!!” Bocah lelaki itu terlihat ingin menampar pipi anak perempuan itu.
 “ hhaa…jangan…..!!!! anak perempuan itu terlihat menangis.
 “ Heii… kalo berani jangan sama cewek dong !!! sini lawan gue !!!” ucap seseorang anak laki-laki menahan ketika bocah lelaki gendut itu ingin menampar anak perempuan itu.
 “ siapa loe ?jangan ikut campur deh loe…!!!!” Bocah lelaki gendut itu terlihat sangat marah.
 “ sini loe kalo berani…!!!” Tantang anak lelaki itu bak seorang pahlawan kesiangan.

            Terjadilah perkelahian antara bocah gendut itu dan seorang anak laki-laki yang menantang bocah gendut itu  yang menyebabkan pelipis kanan anak lelaki itu  terluka saat  pertama kali masuk sekolah SMP.
“ Maaf  yah gara-gara aku kepala kamu luka kena batu…!!!” Jawab anak perempuan itu dengan lembut.
             “Nggak apa-apa koq…Aku tuh paling gak suka kalo orang yang lebih kuat menindas orang kebih lemah!!!” Ucap anak laki-laki itu sambil meringis kesakitan.
             “Makasih banyak yah…!!! Oh yah…nama kamu siapa?” Tanya anak perempuan itu.
             “AnggaParulian Prasetyo.Tapi biasa dipanggil Angga ajah. Nama kamu  siapa?” Anak laki-laki itu balik bertanya.
             “ Namaku Marselina Veironika  Elsandeo, tapi biasa dipanggil Echa.” Jawab anak perempuan itu dengan lembut.
            Itulah percakapan pertama antara Angga dan Echa yang memang berada dalam satu sekolah yang sama. Dan hubungan berlanjut hingga mereka  duduk di Sekolah Menengah Atas yang sama. Hubungan mereka berdua pun semakin dekat. Hingga dianggap oleh teman mereka sebagai sepasang  kekasih. Tapi Echa selalu membantah dengan apa yang di ucapkan oleh teman-temannya. Namun berbeda dengan Angga yang menganggap bahwa hubungan mereka benar –benar sepasang kekasih walaupun Angga maupun Echa tak pernah mengungkapkan perasaan mereka yang sesungguhnya. Semakin hari semakin dekat saja hubungan mereka. Mereka selalu ditempatkan dalam satu kelas yang sama dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas. Seolah-olah mereka bagaikan air laut dan gelombang yang tak pernah terpisah satu dengan yang lain. Apapun yang tugas yang diberikan oleh guru selalu mereka ditempatkan di kelompok yang sama.
 Kepala Angga semakin sakit ketika kenangan-kenangan bersama Echa berlimpahan di kepalanya. Hatinya menangis dan miris ketika mengingat satu kejadian sangat menyedihkan menimpa Echa. Dan Angga mulai kembali membuka pikirannya dengan kenangan-kenangan di waktu mereka duduk di kelas sebelas.
            Ada satu kelompok yang terdiri dari empat wanita cantik. Ketua dari kelompok itu sangat menyukai Angga. Bayangkan saja siapa yang tidak menyukai laki-laki berpostur tinggi, berkulit putih, sudah pasti berwajah ganteng, pintar dan selalu mendapat juara kelas, dan yang paling diperhatikan oleh wanita-wanita itu adalah Angga seorang anak pengusah sangat kaya di kota Jakarta saat itu. Tentu saja wanita-wanita itu panas ketika Angga laki-laki idaman akrab dengan wanita berambut panjang, cantik, berkulit kuning langsat, sopan, sederhana, memang lebih pintar dari Angga, dan wanita itu berasal dari keluarga sederhana, yaitu ayahnya hanya bekerja sebagai pegawai negeri sipil dan ibunya hanya seorang ibu yang berjualan gado-gado di depan rumah wanita itu dalah Echa. Ke empat wanita itu menganggap Echa adalah wanita hina dan miskin yang tidak pantas dekat dengan Angga. Ke empat wanita itu  bahkan berani melakukan tindakan yang ekstrim untuk menyingkirkan Echa dari kehidupan Angga. Mulai dari membuang tas Echa kedalam tong sampah, membakar  sepatu olahraga Echa  di lapangan sekolah,walaupun sepatu olahraga tersebut sudah tidak layak pakai, menggantung seragam putih abu-abu di tiang bendera, hingga teror melalui handphone yang mengancam membunuh Echa jika saja ia tidak mau menjauhi Angga. Tapi, untunglah Angga setia menjadi pahlawan bagi Echa.
Tibalah saat puncak kejahilan keempat wanita itu. Mereka mengurung Echa selama satu hari penuh didalam WC tak terpakai di belakang sekolah. Angga yang tidak melihat keberadaan Echa sejak pagi hari pun sibuk mencari Echa namun akhirnya Angga mengetahui kebreradan Echa ketika salah seorang teman Angga memberitahu keberadaan Echa. Angga pun memanas ketika pulang sekolah seorang teman lelakinya memanggilnya untuk menolong Echa yang pingsan karena ketakutan dan kelaparan karena terkurung cukup lama dalam WC tersebut. Dengan segera Angga berlari ke WC dibelakang sekolah untuk menolong pujaan hatinya. Dengan rangkulan yang kuat Angga membawanya ke UKS. Angga menangis ketika melihat Echa tak berdaya. Kemudian ia mencari keempat wanita itu yang diyakininya sebagai dalang di balik semua kejadian ini. Namun, hasilnaya nihil. Mereka berempat sudah melariakan diri terlebih dahulu jauh sebelum pulang sekolah. Angga pun kembali ke UKS menjenguk Echa masih tak sadarkan diri ditemani kedua orang teman Echa. Akhirnya setelah setengah jam kemudian, Echa baru bangkit dari ketidak sadarannya. Angga langsung memeluk Echa dengan erat. Echa kaget dengan kelakuan Angga yang dianggapnya aneh.
            “Ada apa ini…?”tanya Echa lemas.
            “ Tidak ada apa-apa kok…!”jawab kedua teman Echa.
            “ Ayo kita pulang!”ajak Angga.
            “ Adda apa sih…?kenapa kepala sakit sekali!!keluh Echa.
            “ Nanti saja aku ceritakan di jalan.” Jawab Angga.
            Saat di jalan Angga menceritakan semua kejadian yang telah terjadi pada Echa.
                                               
                                                                        *

            Tiga tahun berlau dengan cepat. Akhirnya Angga dan Echa lulus dari SMA. Echa dan Angga memperoleh penghargaan sebagai lulusan terbaik dari SMA nya. Mereka harus rela meninggalkan sekolah yang telah memberi  mereka sejuta kenangan manis dan pahit. Angga dapat tertawa lepas ketika dilihatnya di papan pengumuman keempat wanita yang pernah menyakiti pujaan hatinya tidak lulus dan harus mengkuti ujian ulang. Namun, Echa melarang Angga senang dibawah penderitaan orang lain.
            Mereka pun diterima di Perguruan Negeri yang sama lagi. Tentu saja intensitas pertemuan mereka semaki sering dan semakin dekat.
            Empat  tahun berjalan seperti empat hari. Semakin kuat pula rasa cinta Angga kepada Echa. Echa bekerja disalah satu perusahaan terkenal di Jakarta, sedangkan angga melanjutkan kepemimpinan ayahnya diperusahan milik keluarganya. Tapi, sampai usia kedekatan mereka menginjak sepuluh tahun Angga belum berani menyatakan rasa cinta nya kepada Echa. Hingga Echa pun menjalin hubungan dengan seorang pria sederhana bernama Herry setiawan. Herry adalah pria yang dijodohkan dengan Echa oleh orangtua Echa. Orangtua Echa menjodohkan Echa dengan Herry karena ayah Echa ingin membalas budi baik ayah Echa kepada ayah Herry yang pernah meminjam uang  kepada sahabatnya yaitu orangtua Herry sebesar dua puluh juta untuk operasi kista ibu Echa. Ayah  Herry dengan senang hati meminjamkan uang tersebut dengan ikhlas dan jika ada uang saja baru dibayarkan kepada ayah Herry. Hal inilah yang menyebabkan ayah Echa menjodohkan Echa dan Herry. Echa pun tak dapat menolak keinginan ayahnya. Memang Echa dan Herry sudah berteman dari kecil, sehingga mereka pun tak keberatan untuk dijodohkan karena Herry memang menyukai Echa. Hingga seminggu sebelum pernikahan Echa dan Herry, Angga mengajak Echa untuk makan malam di sebuah restoran mewah. Tujuan Angga untuk mengajak Echa makan malam adalah melamar Echa. Namun, Echa juga mempunyai tujuan ketika menyetujui permintaan Angga untuk makan malam yaitu memberikan sebuah undangan berwarna merah muda sebagai tanda akan terjadinya ikatan yang mendarah daging dengan Herry.
            Tiba di restoran tersebut Angga menyiapkan mentalnya untuk memberanikan menyatakan cinta  dan melamar Echa. Memang Angga datang lebih dulu untuk mematangkan niatnya. Setibanya Echa di restoran tersebut  mata Angga tak berkedip lagi menatap Echa, yang memakai gaun putih yang sangat terlihat anggun dan mempesona.
            “Ada apa sih kamu ngajak aku ke restoran mahal kayak gini?” Tanya Echa penasaran.
            “ Gak ada apa-apa…Cuma maungajak kamu makan aja, kan udah lama kita nggak makan berdua.” Jawab  Angga.
Setelah selesai makan kemudian Angga mengeluarkan kotak berwarna merah yang didalamnya berisi sepasang cincin yang masing-masing cincin terukir nama mereka yang tentu saja tidak murah harganya. Echa kaget setengah mati ketika cincin itu berada diatas meja.
            “Bagus banget cincinya. Pasti mahal.” Ucap Echa mengagumi. Belum sempat Angga berbicara menjelaskan dan mengungkapkan isi hatinya Echa pun mengeluarkan undangan yang telah dipersiapkan dari rumah tadi.
            “ Nih, undangan. Dateng yah…!” ucap Echa dengan lugu.
Betapa hancurnya hati Angga ketika dibacanya kata demi kata yang bertuliskan:
                                                            Menikah
                                                       Herry Setiawan
                                                              dengan
       Marselina  Veironika Elsandeo
           
            Lututnya terasa lunglai. Bibirnya keluh tak berdaya. Angga terdiam, terpaku. Otaknya terasa berhenti berfungsi.
            “ Angga? kamu nggak apa-apa kan?” tanya Echa kepada Angga.
Angga masih tak bergerak. Echa menggoyang-goyang badan Angga yang terasa kaku.
            “ Angga,Angga kamu nggak apa-apa kan?”.Tanya Echa sekali lagi.
            “ Enggak aku nggak apa-apa kok…”!. jawab Angga dengan volume suara yang hampir tak terdengar.
            “ Kamu harus dateng yah, karena kamu akan jadi tamu kehormatanku, oke ?
Kaki Angga semakin lemas mendengar perkataan lugu dari Echa.
            “ Ayo kita pulang, biar aku yang anter kamu!” paksa Angga dengan hati yang atk karuan lagi rasanya.
            “ Enggak usah aku dijemput sama Herry .” tolak Echa.
            “Herry? Siapa dia? Tanya Angga dengan wajah yang menyeramkan.
            “ Herry! Calon suami aku!”. Jawab Echa dengan santai.
Angga terdiam seolah mematung. Tubuhnya dingin. Keringat suhu seratus derajat celcius mengucur deras  di dahinya.
            By the way, makasih yah kamu udah ngajak aku makan malam ditempat mewah. Kamu terlihat sangat tampan malam ini”. Puji Echa kepada Angga.
Pujian Echa terhadap Angga rasanya tak mengobati sakit hati Angga yang telah terukir dihatinya.
            “ Nah, itu Herry Udah jemput, aku duluan yah…!”  Ucap Echa sambil mendaratkan kecupan di pipi Angga.
Hati Angga semakin sakit ketika Herry mencium pipi Echa dengan mesra. Angga segera membayar makanan yang telah dimakan mereka berdua tadi. Ia berlari menuju motor kesayangannya dan memacu motornya dengan kecepatan seratus delapan puluh kilometer per jam. Dengan kecepatan yang ditunjukkan speedometer motor Angga bukan tidak mungkin menghantarkan Angga ke gerbang kematian, namun untungnya yang Maha Kuasa belum mengizinkan Angga untuk menemui ajalnya.
                                                            *
Tak terasa Angga meneteskan air mata di pipinya asat mengingat kejadian-kejadian itu. Semakin Angga mengingat semua kenangan itu semakin sakit pula kepalanya. Tak dapat dengan mudah Angga melupakan kenangan yang telah dalam terukir di lubuk hatinya. Tapi hidup harus terus berlanjut. Tak boleh berhenti. Dengan tekad yang kuat Angga berusaha bangkit sebagai pria sejati yang tak akan rapuh karena putus cinta. Kata klise yang sering diucapkan oleh paman Angga yaitu “Jodoh takkan kemana”  seolah memenuhi memori otaknya. Namun kesimpulan yang dapat diambil oleh Angga setelah kejadian-kejadian  yang dilaluinya yang terdapat kejadian senang maupun sedih ini adalah cinta tak harus memiliki. Sekarang yang harus dilakukan oleh Angga adalah hanya mendoakan Echa, belahan jiwanya agar bahagia bersama Herry pasangannya sekarang. 


hebat.jpg




*Penulis adalah seorang siswi di salah satu SMA terbaik di kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan yaitu SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III, yang duduk di kelas X.1.